Alasan mengapa bahasa Arab perlu dipelajari umat Islam adalah:
1. Bahasa Arab adalah bahasa Al-Quran
Al-Quran jelas secara resmi ditetapkan
Allah turun dalam bahasa Arab. Dalam QS. Az-Zukhruf: 2 disebutkan:“
Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu
memahami (nya).”
Dan untuk menangkap pesan-pesan
Al-Qur’an sebagai kitab teks peradigmanya, maka kemampuan umat Islam
akan bahasa Arab sangat berpengaruh juga terhadap keberhasilan memahami
ajaran-ajarannya.
Oleh sebab itu, sebenarnya ummat Islam baik bangsa Arab atau bukan (bangsa ‘Ajam), tidak dapat dipisahkan dengan bahasa Arab, sekalipun Arab tidak selamanya Islami.1 Mempelajari, mengembangkan dan menggalakkan bahasa Arab secara langsung ikut ikut memasyarakatkan Al-Quran.
Oleh sebab itu, sebenarnya ummat Islam baik bangsa Arab atau bukan (bangsa ‘Ajam), tidak dapat dipisahkan dengan bahasa Arab, sekalipun Arab tidak selamanya Islami.1 Mempelajari, mengembangkan dan menggalakkan bahasa Arab secara langsung ikut ikut memasyarakatkan Al-Quran.
2. Bahasa Arab adalah bahasa ilmu pengetahuan Islam
Bahasa Arab merupakan alat pembedah
yang terbesar dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di dalam
Islam. Puncak kejayaan Islam di bidang ilmu pengetahuan, terjadi pada
masa Khalifah Harun Al-Rasyid dari dinasti Abbasyiah.
Dalam sejarah, abad ke 6-13 merupakan babak kebangkitan ilmu pengetahuan, sekaligus bangkitnya suatu peradaban baru. Mulai abad itu pula bermunculan para cendekiawan muslim dalam berbagai disiplin ilmu.
Mereka mengadakan penafsiran dan justifikasi atas karya-karya besar sarjana Yunani, sehingga pada akhirnya dapat membangun suatu khazanah intelektual muslim tersendiri.
Para yuris yang tesis-tesis mereka sampai sekarang masih aktual dan mungkin sampai pada masa datang, diwakili oleh: Ahmad bin Hanbal, Malik bin Anas, Abu Hanifah dan Syafi’i (empat aliran dalam yurisprudensi Islam).
Selain itu, muncul Al-Kindi, filsuf yang terkenal dengan teori keterhinggaan masa alamnya; Al-Farabi, astronom dan matematikawan; Al-Hawarizani, penggali teori aljabar; Ibnu Sina, penulis buku terbesar dalam kedokteran; Al-Zahel, penemu peredaran planet; Ibnu Khaldun, filsuf sejarah dan sosiolog, dan cendekiawan muslim lainnya. Karya-karya tulis mereka semua ditulis dalam bahasa Arab. (Hakiki Mahfudz, 1993)
Dalam sejarah, abad ke 6-13 merupakan babak kebangkitan ilmu pengetahuan, sekaligus bangkitnya suatu peradaban baru. Mulai abad itu pula bermunculan para cendekiawan muslim dalam berbagai disiplin ilmu.
Mereka mengadakan penafsiran dan justifikasi atas karya-karya besar sarjana Yunani, sehingga pada akhirnya dapat membangun suatu khazanah intelektual muslim tersendiri.
Para yuris yang tesis-tesis mereka sampai sekarang masih aktual dan mungkin sampai pada masa datang, diwakili oleh: Ahmad bin Hanbal, Malik bin Anas, Abu Hanifah dan Syafi’i (empat aliran dalam yurisprudensi Islam).
Selain itu, muncul Al-Kindi, filsuf yang terkenal dengan teori keterhinggaan masa alamnya; Al-Farabi, astronom dan matematikawan; Al-Hawarizani, penggali teori aljabar; Ibnu Sina, penulis buku terbesar dalam kedokteran; Al-Zahel, penemu peredaran planet; Ibnu Khaldun, filsuf sejarah dan sosiolog, dan cendekiawan muslim lainnya. Karya-karya tulis mereka semua ditulis dalam bahasa Arab. (Hakiki Mahfudz, 1993)
3. Bahasa Arab adalah bahasa ibadah harian
Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat
akrab dengan kehidupan ummat Islam, karena nyatanya ummat Islam
menggunakannya setiap hari dalam berbagai ibadah, seperti mengaji,
sholat, dzikir, berdo’a, dan seterusnya.
4. Bahasa Arab adalah bahasa internasional
Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa resmi di 18 negara di dunia.
Menduduki peringat bahasa ketiga terbesar di dunia setelah Inggris dan
Perancis.
Bila kita melihat di sisi lain, tambahnya, negara Arab memegang peranan
penting dalam sektor ekonomi berkat kekayaan alamnya yang melimpah
ruah. Hal ini menjadikan bahasa Arab memegang peranan penting, bukan
saja dalam kehidupan ummat Islam, tetapi juga diperlukan dalam pergaulan
dunia internasional. Justru itu, PBB mengakuinya sebagai satu bahasa
resmi pada badan dunia tersebut.
5. Bahasa Arab adalah bahasa yang mudah dipelajari
Bahasa Arab bukanlah bahasa yang sulit
dipelajari seperti yang dibayangkan oleh banyak kalangan. Hal ini bisa
dibuktikan dari segi aspek yang ada dalam bahasa Arab itu sendiri.
Bahasa Arab, seperti bahasa lainnya, terdiri dari: Anashir Lughawiyah (komponen bahasa) dan Maharoh Lughawiyah (kemahiran/kemampuan bahasa). Anashir Lughawiyah mencakup ashwat (phonetik), mufrodat (kosakata) dan qowa’id (tatabahasa).
Sementara Maharoh Lughawiyah terdiri dari: istima’ (kemampuan mendengar), tahaddusts (kemampuan berbicara), qira’ah (kemampuan membaca) dan kitabah (kemampuan menulis/mengarang).
Dalam pengembangan struktur kata, bahasa Arab memiliki pola-pola baku yang mudah bagi siapapun yang mau mempelajari bahasa Arab. Dalam hal pelafalan (pronunciation), bahasa Arab relative lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa Inggris. Selain itu, suku kata bahasa Arab termasuk memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dibanding bahasa-bahasa lain. (Abdul Jalil Ja’far, 1993)
Bahasa Arab, seperti bahasa lainnya, terdiri dari: Anashir Lughawiyah (komponen bahasa) dan Maharoh Lughawiyah (kemahiran/kemampuan bahasa). Anashir Lughawiyah mencakup ashwat (phonetik), mufrodat (kosakata) dan qowa’id (tatabahasa).
Sementara Maharoh Lughawiyah terdiri dari: istima’ (kemampuan mendengar), tahaddusts (kemampuan berbicara), qira’ah (kemampuan membaca) dan kitabah (kemampuan menulis/mengarang).
Dalam pengembangan struktur kata, bahasa Arab memiliki pola-pola baku yang mudah bagi siapapun yang mau mempelajari bahasa Arab. Dalam hal pelafalan (pronunciation), bahasa Arab relative lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa Inggris. Selain itu, suku kata bahasa Arab termasuk memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dibanding bahasa-bahasa lain. (Abdul Jalil Ja’far, 1993)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar